Hidayat, dari Preman sampai Haji

Komandan Komando Inti Mahatidana (KOTI) Pemuda Pancasila Sulawesi Tengah, Hidayat, bersama istrinya,pada Minggu (25/11) sore, berangkat ke Tanah Suci Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Ratusan kader dan anggota KOTI, mengantar bos PT Citra Nuansa Elok Palu itu ke Bandara Mutiara Palu untuk melakukan perjalanan spiritual itu.

Sudaryano Lamangkona, kepala Staf KOTI Pemuda Pancasila Sulteng, mengatakan, Hidayat bersama istrinya akan berangkat ke Makassar, selanjutnya akan bergabung kelompok terbang (kloter) Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

"Pak Hidayat memilih bergabung dengan Kloter Pinrang, karena mau bersama-sama dengan beberapa orang keluarganya di sana," kata Sudaryano Lamangkona.

Hidayat, adalah mantan Ketua Senat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Tadulako (Untad) Palu. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia memilih hijrah ke Jakarta dan memilih menjadi preman. Semasa menjadi preman di Jakarta, ia mengaku sangat nakal. Bahkan, di perutnya terdapat 8 bekas jahitan karena pernah ditusuk oleh sesama preman di Jakarta.

Tapi, ia berpikir bahwa ia tak boleh selamanya menjadi preman. Ia pun akhirnya memilih kembali lagi ke Palu. Sesampai di Palu, ia memulai lagi karirnya dan memilih terjun ke dunia politik. Partai Nahdlatul Ummah Indonesia (PNUI) menjadi tempat pengabdiannya dan mengantarnya menjadi salah seorang Panitia Pemilihan Daerah (PPD) Kota Palu tahun 1999 silam.

Usai Pemilu 1999, Hidayat kemudian banting setir. Ia bergabung dengans alah satu koperasi sipan pinjang (Kospin) dan memimpin di unit sepeda motor. Ternyata, Kospin itu bermasalah. Seluruh asset disita karena dituding telah menipu masyarakat. Tapi Hidayat yang hanya mengelola unit penjualan sepeda motor mengaku tidak tahu menahu soal itu. ia pun keluar meninggalkan kospin itu.

Ke mana lagi hendak bekerja untuk bisa menghidupi keluarganya. Hidayat, akhirnya mengajak beberapa teman untuk membuka usaha lain. Ia menjaminkan ke bank dan menjual beberapa hektar tanah untuk membuka usaha baru itu. Ia mendirikan PT Citra Nuansa Elok (CNE), dan bekerja bersama dengan Pemerintah Kota Palu untuk membangun sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Kota Palu, yang kemudian diberi nama Mall Tatura Indah.

Kini, Hidayat telah kembali menjadi manusia baik. Kehidupan premannya telah ditinggalkan. Salat 5 waktu tak pernah ditinggalnya. Bahkan ia membangun sebuah musallah mungil di halaman rumahnya. Di musallah itulah, ia akan duduk berzikir setelahh salat Magrib hingga waktu salat Isya. Banyak yang mendoakan, semoga perjalanan spiritualnya ke Tanah Suci Mekkah mendapat rahmat dan menjadi Haji Mabrur. Amiiin...***

0 Responses to "Hidayat, dari Preman sampai Haji"