Pemuda Pancasila Sulteng Sekarang

Perjalanan Pemuda Pancasila yang sudah hampir setengah abad ini ternyata banyak mengalami liku-liku, dan itu telah membentuk karakter keras Pemuda Pancasila. Tidak bisa dipungkiri, Pemuda Pancasila di mata masyarakat sangatlah tidak seperti namanya yang menyandang nama sakral. Pemuda Pancasila sangat di indentikkan dengan "Pemuda Preman", "Antek-antek Orde Baru" sehingga pada sekarang ini Pemuda Pancasila sangatlah menjadi momok bagi masyarakat, ini diakibatkan oleh tingkah oknum selama ini.

Ini menjadi Pekerjaan rumah bagi para pengurus, baik dari tingkat pusat sampai ke daerah, image terhadap Pemuda Pancasila harus bisa dirubah, kalau tidak maka Pemuda Pancasila hanya akan tinggal nama saja atau lebih menyedihkan lagi organisasi ini akan di demo dan dituntut untuk dibubarkan.

Pemuda Pancasila harus berani menentang apa yang bertentangan dengan Pancasila. Untuk itu Pemuda Pancasila harus berani mereformasi diri dan mencari ladang pemasukan baru untuk menghidupi organisasinya. dari sisi lain. InGaTTTTTT..... ini sudah zaman reformasi.... jadi semua yang selama ini dilakukan oleh oknum organisasi harus dirubah demi kemajuan dan eksistensi Pemuda Pancasila di masa mendatang.

Bagi Pemuda Pancasila Sulteng, tengah mengarah ke manajemen organisasi moderen. Itu akan dibuktikan pada komitmen yang dibangun bersama pada Musyawarah Wilayah IV MPW Pemuda Pancasila Sulteng 3-4 November nanti. Akan organisasi ini bisa menggagas paradigma baru untuk itu...???

Namun yang pasti, Pemuda Pancasila Sulteng telah melahirkan kader-kader militan dan cerdas. Fakta itu dapat dilihat dari sejumlah kader yang sukses meraih kekuasaan dengan kerja kerasnya. Baik itu pada ranah birokrasi, politik dan enterpreneur serta di berbagai bidang lainnya.

Tapi, kesuksesan berorganisasi, tidak semata-mata sukses meraih semua itu. Tapi yang paling penting adalah sukses merubah pola pikir anggota dan masyarakat menjadi moderen dan bertanggungjawab. Selamat bermuswil.***

0 Responses to "Pemuda Pancasila Sulteng Sekarang"